Dari dusun Saukang, , desa Bajiminasa ,Bantaeng Sulawesi Selatan, kita belajar soal ketulusan dan semangat untuk meraih masa depan yang lebih baik, lewat pendidikan.
MIS Cendikia Saukang (foto :sekolahku) |
Matahari bersinar terik,
maklumlah hari sudah menunjukkan jam 12 siang atau sudah masuk tengah hari. Namun,
di tahun 2008 itu, M. Rais Hajat,
buru-buru menyelesaikan tugas rutinnya di kabupaten Banteng dan segera menuju
dusun Saukang, desa Bajiminasa, Bantaeng Selatan, Sulawesi Selatan.
Rais mengendarai mobil Carry 86 untuk bekeliling dusun Saukang dan seputaran desa Bajiminasa, untuk menjemput anak-anak yang akan bersekolah “Sedikit dipaksa karena saat itu rata-rata sudah bekerja, “ ujar M. Rais Hajat memulai cerita.
Sekolahnya memang tak pagi
hari seperti sekolah pada umumnya. Tapi memang dimulai habis sholat zuhur,
menyesuaikan waktu Rais dan teman-temannya yang saat itu juga bekerja di tempat
lain.
Anak-anak dusun yang sudah bekerja dan tahu
akan uang, menurut Rais, memang susah diajak buat bersekolah. “ Apalagi dengan
sekolah belum tantu dapat uang di kemudian hari, “ ungkap Rais yang saat itu
masih lulus D2 keguruan.
Sekolah memang barang mahal
bagi anak-anak dusun Saukang. “Saat itu dusun Saukang masih terpencil dari sisi
pendidikan “ ujarnya melanjutkan cerita perjuangannya di Saukang. Selain sangat
berat untung membayar SPP sekolah, mereka juga terkendala sarana transportasi
dan kondisi infrastruktur jalan yang masih memprihatinkan.
M.Rais hajat sedang mengajar (foto : istimewa) |
Namun, Rais tak putus asa. Walau bukan asli dari dusun Saukang, bersama beberapa teman dia mulai mendata berapa banyak anak yang seharusnya bersekolah dan putus sekolah. “Kami mencari tahu jarak terdekat dan terjauh bagi anak-anak yang akan sekolah. Anak-anak banyak yang putus sekolah, sarana transportasi juga tidak ada, “ lanjutnya.
Setelah pendataan sudah
lengkap, dia bermusyawarah dengan beberapa teman dan tokoh masyarakat setempat.
Kesimpulannya : sekolah harus segera dimulai di dusun Saukang.
2008 tersebut akhirnya dimulailah sekolah pertama gratis di kolong salah satu rumah warga. Namun tak berapa lama, ada seorang warga me-waqafkan tanahnya untuk pembangunan sekolah di dusun tersebut.
Madrasayah Ibtidaiyah Swasta
(MIS) Cendikia Saukang .gratis pertama terwujud. Dengan masih berlantai dan
berdinding kayu dan beratapkan daun
rumbia, pembelajaran dimulai. Di 2008 tersebut juga Yayasan Pendidikan Al
Hikmah Kab. Bantaeng resmi berdiri.
Untuk menjalankan sekolah
ini dan anak-anak mau bersekolah, Rais –pun sigap setiap hari menjemput
anak-anak buat bersekolah di sekolah yang dia dirikan tersebut. Untuk mengajar,
dia mengajak teman-teman kuliahnya dulu juga untuk menjadi gurunya.
Melihat semangat anak-anak,
tentu tak tega untuk menghentikan pendidikan hanya sampai sekolah dasar. Di
2010, akhirnya dimulai pembangunan sekolah setingkat SMP yaitu Madrasah Tsanawiyah
(MTs), yang diberi nama MTs Cendikia Saukang.
kegiatan sosial ramadhan Mts Saukang (dokumentasi :kantor kemenag Bantaeng |
“Supaya tidak putus saya dirikan lagi Mts dan MA,” ujarnya. 2013 memang Rais lanjut mendirikan Madrasah Aliyah (MA) atau setingkat SMA-nya,yang kemudian dikenal dengan nama MA Darul Hikmah.
Namun menurut Rais, sejak
2010, dusun tersebut sebenarnya sudah mendapatkan bantuan pembangunan sarana
sekolah dari Kementerian Agama kabupaten Bantaeng. Hanya saja, tetap ada biaya
operasional yang harus mereka cari.” Antara lain biaya transportasi buat
anak-anak menuju sekolah, “ ujar Rais.
Namun selalu ada jalan bila
memang dilakukan dengan niat yang baik. “Kami mencari donatur dan teman-teman yang mau berbagi untuk membiayai
kegiatan ini sehingg mulai dari seragam memang tidak kami pungut biaya,”
lanjutnya lagi.
2015 tersebut juga dia mulai
mendirikan PAUD dan TK untuk anak-anak di dusun Saukang. Kemudian juga ada
program PKBM dan pendidikan kesetaraan untuk yang tak sempat bersekolah “Semuanya
tetap gratis seperti awal niat pendirian, “ ujarnya.
dokumentasi : sekolahku |
Jawaban Atas Pernikahan Dini dan Pekerja Anak
Sebuah penelitian dari Smeru Institute 2019 lalu menyebutkan 40 persen anak orang miskin akan tetap miskin.
Mengapa? Karena mereka akan masuk di sekolah-sekolah marginal yang
infrasturkturnya tidak bagus. Kemudian tak mampu melanjutkan pendidikan dan
pada akhirnya akan bekerja di tempat yg
penghasilannya kurang
Dikutip dari smeru.id, penelitian yang telah
dipublikasikan di makalah internasional Asian Development Bank (ADB)
menunjukkan pendapatan anak-anak miskin setelah dewasa 87% juga akan lebih
rendah dibanding mereka yang sejak anak-anak tidak tinggal di keluarga miskin.
Menggunakan data yang
diambil dari kehidupan rumah tangga di Indonesia atau yang disebut dengan
Indonesian Family Life Survey (IFLS), tim peneliti SMERU Institute yang
dipimpin oleh Mayang Rizky, Daniel Suryadarma, Asep Suryahadi mengolah data
dari 1.522 anak dan membandingkan pendapatan mereka pada tahun 2000 ketika
mereka berusaha 8-17 tahun dengan pendapatan mereka pada 2014 ketika mereka
menginjak usia 22-31 tahun.
Pendirian sekolah di dusun
Saukang memang seakan ingin mengubah image ini. Berasal dari keluarga miskin
tidak harus menjadi miskin. Sekolah akan menjadi jalan perubahan nasib kedepan.
Sekolah di dusun Suakang
seakan juga menjadi solusi nyata bagi dua permasalahan di desa ini yaitu
pekerja anak di bawah umur dan pernikahan dini.
Sebelum ada sekolah,
anak-anak yang tidak mampu melanjutkan sekolah akan ikut orang tuanya bekerja
atau bekerja menjadi pekerja-pekerja kasar, misalnya buruh bangunan.
Mereka juga terancam dengan
pernikahan dini, akibat terlalu banyak waktu yang tidak dimanfaatkan setiap
harinya. Pilihan hidup seakan cuma dua : membantu orang tua bekerja atau
menikah dini.
Kini, bahkan beberapa alumni
MA... sudah banyak yang melanjutkan pendidikan sampai kuliah S1. Salah satunya,
Jusniati (25), salah seorang alumni yang sekolah itu yang kini sudah
menyelesaikan S1 dan berprofesi guru.
Saat ini Jusniati telah
berprofesi sebagai guru setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di Fakultas
Tarbiyah, Universitas Islam Al Ghazali, Bulukumba. Sebelumnya, Jusniati
menyelesaikan sekolahnya di Madrasah Aliah (MA) juga di bawah Yayasan
Pendidikan Al Hikmah juga.
Perjuangan Berbuah Manis
Dusun Saukang berada di Desa Bajiminasa, Kecamatan
Gantarangkeke, yang berada di bagian Timur Kabupaten Bantaeng dan berjarak
kurang lebih 140 km dari kota Makassar. Dai kota kabupaten Bantaeng sendiri,
dusun ini berjarak sekitar 25 km.
Memang secara umum, ada 4
(empat) peringkat Kesejahteraan Ekonomi masyarakat di dusun tersebut yaitu masyarakat
kaya, sedang, miskin dan sangat miskin. Petani cokelat menjadi penghasilan
utama masyarakat Saukang.
“Pada saat itu belum ada
yang jadi sarjana. Namun di motivasi dan mendapakan beasiswa dari pengalaman
mengajar di Mts yayasan Al Hikmah,” ujar Rais yang juga lahir dari keluarga
pendidik.
Bertahun-tahun,
perjuangannya memang sudah menampakkan hasilnya. Selain sudah ada alumni yang
bisa mandiri dan melanjutkan kuliah, Rais juga mulai mampu mengembangkan
sekolah yang dibangunnya tersebut.
“Pengembangan sekarang sudah
ada lokasi baru yang lebih mudah di akses dan berada di luar dusun tapi masih
dalam satu desa, “ tambahnya. Pengembangan tersebut adalah pendirian sekolah
PUD dan sekolah TK.
Saat ini tenaga pengajar memang
sudah jauh berkembang. di TK 6 orang, MI 13 orang, Mts 20 orang dan tingkat
Madrasah Aliyah 20 orang. Pengajar dari desa setempat dan ada yang diluar
kabupaten “ sekarang juga ada pengjaar dari ASN, sehingga lebih hemat secara
operasional,” tambahnya.
Gaji guru awalnya hanya
dibagikan dari honor yang diperoleh Rais tetapi sekarang sudah ada dana BOS
dari pemerintah yang bisa digunakan untuk operasional buat gaji guru. “ 2010
sudah ada dana BOS,” ujarnya.
Murid-murid juga sudah
semakin banyak. “Bedanya, sekarang kami tak menjemput lagi karena transportasi
sudah baik dan operasional cost menjemput juga sudah tinggi, “ tambah peraih
Satu Indonesia Award 2021 lalu. Apresiasi dari Astra digunakannya untuk paket
kesetaraan untuk 100 paket.
Sebelumnya, Rais juga pernah meraih award untuk Pemuda Pelopor Kategori Bidang Pendidikan tahun 2015 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Sungguh perjalanan panjang yang mulai terlihat hasilnya.
14 tahun kemudian di dusun Saukang
Hari ini dusun Saukang
terasa berbeda. Meskipun sekolah gratis dibawah yayasan Al Hikmah masih ada dan
masih berjalan, ada yang berbeda ketika melihat dusun ini.
Salah satu yang terasa
berbeda adalah insfrastruktur dusun Saukang maupun desa Bajiminasa yang sudah
semakin baik. Listrik juga sudah masuk ke dusun ini. “ berkah dari sekolah
tersebut, ada kepentingan untuk pembangunan infrsstuktur dan lainnya, “
tambahnya
Kedepannya, sistem yang akan
dikembangkan di sekolah-sekolah yayasan Al Hikmah ini adalah sistem vokasi.
Khususnya untuk setingkat MA.
“Rata-rata alumni kami, tak
bisa lanjut untuk kuliah.makanya saya pikirkan mereka harus mandiri, itu yang
kami kembangkan. Satu di bidang IT dan keterampilan menjahit. Itu kami upayakan
sebelum tamat dan bisa mengerti alat-alat itu dan bisa mengoperasikannya, “ lanjutnya.
Untuk IT, ujar Rais, mereka akan mengembangkan desain grafis dan digital marketing.
Lentera di dusun Saukang
yang di 2008 sempat redup ,kini menyala lagi. Kedepannya, semoga semakin banyak
anak-anak Saukang yang mampu meraih pendidikan tinggi dan kelak akan membawa
manfaat buat masa depan dusun Saukang. Semoga. #
*Tulisan diikutkan dalam blog competition Anugerah Pewarta Astra 2022
Jadi totalnya dari ibukota Makassar 165 km ya Mba. Kalo di sini Mungkin Palangka - Pelaihari. Ckckckck, 6 jam perjalanan darat ya wajar kalau begitu terpencil. Tapi berkat orang seperti Pak Rais, anak-anak di sana bisa melek literasi. Semoga bisa jadi amal jariyah beliau
BalasHapus