sumber foto : iStock |
Hidup baru tak selalu berarti menapaki pernikahan, bukan?
September 2024 ini bisa dikatakan akan menjalani kehidupan baru. Apakah itu? kehidupan baru sebagai anak kuliahan. Ceritanya, akan lanjut kuliah lagi dan kelasnya akan dimulai dalam beberapa hari kedepan.
Sebenarnya akhir Agustus lalu, selama 3 hari sudah ada semacam orientasi bagi mahasiswa baru. Bentuknya kayak kuliah umum sama pengenalam penulisan jurnal hingga pengenalan budaya lokal yang mungkin bisa diaplikasikan sebagai bahan penelitian dan dihubungkan dengan prodi masing-masing.
Menarik menurutku sih
Apalagi ketika kemarin sempat dibahas beberapa hal yang ternyata aku sama sekali nggak tau. Salah satunya adalah soal karakteristik perantau suku Banjar yang berada di peringkat 5 besar suku-suku yang suka merantau di Indonesia.
Nah tiap suku perantau ini punya karakteristik yang berbeda.Misalnya ada yang suka mengirimkan uang ke keluarga dan membangun rumah di kampung halaman asalnya sebagai bentuk kebanggaan. Ada juga yang sukses di daerah rantau dan membawa saudara-saudaranya ke daerah tempat mereka merantau tersebut.
Bagaimana dengan suku Banjar? menurut pembicara, suku ini memang banyak perantau juga. merantau salah satu kebanggaan buat mereka. Biasanya merantau akan dimulai dimasa sekolah entah itu sekolah menengah, masuk pondok pesantren di pulau lain hingga masuk usia kuliah.
Nah hingga lulus mereka di perantauan. Apakah kemudian akan kembali? ternyata rata-rata tidak kembali ke daerah asal tetapi akan sukses di wilayah barunya, menikah dengan orang luar daerah dan selamanya akan menetap di perantauan tersebut. Gelar haji yang terdengar di daerah asalnya akan menandakan suksesnya mereka di perantauan.
Inilah yang membedakan dengan perantau lain di Indonesia.
Tidak nge-judge yang mana yang paling bagus. Ini hanya soal karakteristik perantau yang tentu tidak terjadi dalam sehari semalam. Tapi dibangun dari budaya asal mereka sendiri, lingkungan dan sejumlah faktor lain misalnya hubungan kekerabatan/keluarga.
isu yang mungkin bisa dieksplore lagi kedepannya,ya?
****
Menjalani September seperti biasa aslinya sih. Heran aja kok waktu cepat amat berlalu. Kalau bahasa anak sekarang ; lengah dikit sudah 2025 aja hehe
Ingin lebih banyak mensyukuri apa yang terjadi saat ini. Iya sampai hari ini saja. Bahkan lebih merayakan hari ini dan menyenangkan menjalaninya.
Masa depan? jujur kadang sedikit overthinking. Bahkan sampai kepikiran segala: kelak kalau dah nggak sanggup lagi menghasilkan uang dan tak memiliki cukup dana pensiun, bagaimana kelanjutan hidup di masa tua. Wahhh...OVT yang tentu berlebihan kadang.
Masa depan sesuatu yang belum pasti. Wajib juga dipersiapkan dari sekrang tapi tentu nggak perlu OVT sampai kepikiran dan lebay.
Merayakan saat ini, mensyukuri detik demi detik dan berbagai anugerah. Salah satunya keluarga yang baik-baik saja, teman2 yang jauh tapi masih sering terhubung dan berbagai hal baik lainnya. Sangat layak diapresiasi berbagai pencapaiannya.
Bagaimana menurut kalian?
Kadang kalo memikirkan masa depan malah jadi over thinking ya, gimana kalo aku di masa depan tidak jadi apa-apa, hanya orang biasa saja.
BalasHapusnah iyakan..ternyata aku nggak sendiri yg sering kepikiran kayak gini.makasih ya mas Agus..
Hapuskepastian jidup hampir tidak ada di negara negara berkembang untuk orang yang biasa biasa saja.......
BalasHapusiya pak, kadang terasa sedih. Semoga kedepannya lebih baik
Hapus